watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Aku tante lisa dan tetangganya

Kisah ini berawal dari nafsuku yang boleh dibilang
ugal-ugalan. Bagaimana tidak, disaat usiaku yang
mencapai 29 tahun, sekarang ini inginnya ML
(bersetubuh) terus tiap hari dengan istriku (inginnya
3 kali sehari). Dan para netters duga, pasti seorang
istri tidak hanya menginginkan kepuasan seksual
setiap waktu, akan tetapi juga kerja mengurus
rumah lah, mengurus anak lah dan lain-lain
banyaknya. Sehingga nyaris istriku juga sering
keberatan kalau tiap malam bersetubuh terus, dan
aku juga kasihan padanya. Setiap kali bercinta, istriku
bisa 3 kadang 4 kali orgasme dan aku sendiri kadang
tidak ejakulasi sama sekali karena istriku keburu lelah
duluan. Paling setelah istriku tertidur pulas kelelahan,
aku langsung pindah ke meja kerjaku dan
menyalakan PC, lalu memutar Blue Film dan aku
lanjutkan dengan self service. Setelah puas, aku baru
menyusul istriku yang tertidur, dan jika tengah
malam aku terjaga dan kudapati "pusakaku" berdiri,
aku ulangi lagi hingga aku benar-benar lelah dan
tertidur.
Aku sendiri sangat bergairah apabila melihat tante-
tante yang umumnya mereka lebih dewasa, lebih
pintar dan telaten dalam urusan ranjang. Bahkan aku
dalam melakukan onani sering membayangkan
dengan tante-tante tetanggaku yang umumnya
genit-genit. Begitu hingga suatu saat, aku mendapat
pengalaman bercinta yang amat berkesan dalam
sejarah kehidupan seksualku.Ceritanya berawal pada
saat temanku mengajak karaoke di kawasan wisata
prigen dan sebelumnya aku belum pernah masuk
ke kawasan semacam itu. Kami bertiga pesan ruang
utama yang mempunyai pintu sendiri dan ruangan
itu terpisah dengan yang lainnya selama tiga jam
penuh.
"Eh, Eko emangnya Elo udah booking cewek untuk
nemenin Kita..?" tanyaku pada Eko, salah seorang
dari kawanku.
"Sabaarrr Boss, entar Adi juga bawain tuh cewek.."
tukasnya.
Sepuluh menit kemudian, saat aku akan menyulut
Djarum 76-ku, merapatlah sebuah Kijang dan Civic
Wonder berjejeran ke hadapanku dan Eko. Kalau
Kijang itu aku kenal, itu adalah Kijang-nya si Adi dan
keluar dua orang ABG yang berdandan Ahooyy.
Berdesir darah lelakiku melihat dua orang ABG itu.
Bagaimana tidak, pakainnya super ketat dan sangat
menonjolkan bukit-bukit indah di dada dan
pantatnya. Akan tetapi, aku tidak kenal dengan Civic
itu. Aku melihat di dalamnya ada seorang cewek
ABG dan seorang lagi wanita sekitar 35 tahun
(menurut taksiranku dari raut wajahnya).
Eko yang rupanya kenal baik dengan kedua wanita
itu langsung menyambut dan membukakan pintu,
lantas memperkenalkannya kepadaku.
"Lisa.." seru tante itu disambut uluran tangannya
padaku.
"Inneke.." sahut gadis manis disampingnya.
Singkat cerita, kami sudah mulai bernyanyi, berjoget
dan minum-minum bersama, entah sudah berapa
keping VCD Blue Dangdut yang kami putar. Aku
melihat Eko dan Adi mulai mendekati sudut
ruangan, dan entah sudah berapa lama ceweknya
orgasme karena oral yang mereka lakukan.
Sementara aku sendiri agak kaku dengan Lisa dan
Inneke. Kami pun tetap bernyanyi-nyanyi, meskipun
syairnya awur-awuran karena desakan birahi akibat
pertunjukan BF di depan kami.
Aku sendiri duduk di dekat Lisa, sementara Inneke
serius menyanyikan lagu-lagu itu. Tante Lisa sendiri
sudah habis satu pak A-mild-nya, sementara aku
melihat wajah Inneke yang merah padam dan
kadang nafasnya terengah pelan karena menahan
gejolak yang ia saksikan di layar 29 inch itu. Tiba
giliranku untuk mengambil mike dari Inneke, aku
bangkit mengambil mike itu dari tangan Inneke dan
mengambil duduk di antara Inneke dan Lisa.
Pengaruh minumanku dan XTC yang mereka telan
membuat kami jatuh dalam alunan suasana birahi
itu.
"Boy.., I want your sperm tonight Honey..." bisik
Lisa lirih di telingaku, sementara tangan kirinya
meraba selangkanganku.
Inneke yang sudah meletakkan pet aqua-nya
mengambil sikap yang sama padaku. Dia malah
mulai memainkan ujung lidahnya di telinga. Hangat
nafas dan harum kedua wanita itu membuatku
terbuai dalam alunan melodi birahi yang sudah aku
rasakan menjalar menelusuri selangkanganku.
Perlahan namun pasti, kejantananku menegak dan
kencang, sehingga Lee Cooper-ku rasanya tidak
muat lagi, apalagi saat meneganggnya salah jalur
dan sedikit melenceng.
"Lho kok.. bengkok punyamu Say..?" tanya Lisa
padaku pura-pura seperti seorang amatiran saja.
Belum sempat aku menjawab, buru-buru Inneke
membuka zipper dan CD-ku, lantas mengeluarkan
isinya.
"Gini lho Tan... mintanya dilurusin, Mas Boy ini.."
kata Inneke diikuti penundukkan kepalanya ke arah
selangkanganku.
"Aaakkhhh..." pekikku tertahan saat Inneke spontan
mulai mengulum kepala penisku ke dalam mulutnya
dikombinaksikan dengan sedotan dan jilatan
melingkar lidah.
Spotan kedua kakiku menegang dan membuka lebih
lebar lagi untuk memudahkan oral Ineke.
"Ooookh My Godd... ssshhh... aakkk..." desahku.
Seluruh tubuhku bergetar dan terasa disedot seluruh
sumsun tulangku lewat lubang penisku. Permainan
Inneke betul-betul professional, sampai-sampai
dentuman musik itu sepertinya tidak kudengar lagi,
karena telingaku juga berdesir kencang. Ujung
penisku betul-betul ngilu, hangat, geli dan perasaan
birahi bercampur jadi satu disana. Lisa lantas
membuka kancing kemeja Hawai-ku dan
mundaratkan mulut indahnya di puting susu kiriku,
sementara puting kanan dimainkan oleh telunjuk
dan jempol kirinya.
"Aaakkk... mmmhhh..." desahku tidak menentu.
Aku betul-betul tidak tahan menikmati sensasi ini.
"Gila.., inilah penyelewenganku yang pertama dan
dimanja oleh dua orang wanita sekaligus..." bisikku
dalam hati.
Aku semakin tidak tahan saja, lalu kurengkuh leher
Lisa dan kudekatkan bibirku, kujulurkan lidahku
menyapu seluruh rongga mulutnya dan sesekali
kuhisap dalam-dalam bibir bawahnya yang sangaat
menawan itu. Ini karena jujur saja, aku lebih
bergairah dengan Tante Lisa, meskipun sudah
hampir mencapai kepala 4 itu (dalam perbincangan
kami, akhirnya aku tahu juga umur Lisa, meskipun
tidak pasti segitu bahkan bisa lebih).
Badanku lantas kumiringkan dan bersandar pada
sofa.
Bukit indah Tante Lisa adalah tujuanku dan benar
saja, berapa saat kemudian, "Oookkkhhh...
Nimaaatthh... Sayyy... seddooottthhh...
terrruuusshhh..." desah Lisa terengah-engah.
Sedotanku kukombinasikan dengan pelintiran
jempol dan telunjuk kiriku, sesekali kuputar-putar
putingnya dengan telapak tanganku.
"Ssshhh... terussshhh... Sayyy..." Lisa mendesis
seperti ular.
Tiba-tiba, "Teeettt..," suara bel mengejutkan kami,
pertanda sepuluh menit lagi akan berakhir.
Aku melihat Adi dan Eko tersandar kelelahan, dan
kulihat ada sisa sperma menentes dari ujung penis-
nya yang mulai mengkerut.
"Udahan dulu ya Tante.., In..," pintaku pada mereka.
"Emmhhh... Oke..." jawab mereka dengan nada
sedikit keberatan.
Kami pun turun, aku berpisah dengan Adi dan Eko,
entah kemana mereka melanjutkan petualangan
birahinya. Dan kami pun sudah masuk ke Civic Lisa.
"Kemana Kita nich..?" tanyaku sok bloon seraya
menghidupkan mesin.
"Kita lanjutin di hotel yuk Ke..!" ajak Tanta Lisa
kepada Inneke.
"Baik Tan... Kita ke hotel **** (edited) yang punya
whirpool di kamarnya." sahut Inneke.
Rupanya Tante Lisa adalah seorang eksekutif, karena
itu ia pesan salah satu President Suit Room yang
mana seumur-umur aku baru mesuk ke dalamnya.
Kamarnya luas, kurang lebih 6 x 8 meter, beralaskan
permadani coklat muda kembang-kembang dan
dilengkapi whirpool yang menghadap ke arah
kehijauan lembah. Kamar itu juga mempunyai sofa
panjang di sebelah whirpool.
Begitu masuk, Tante Lisa lalu mengunci pintu, aku
dan Inneke mengambil tempat duduk di sofa
sebelah whirpool. Aku melingkarkan lenganku ke
pundak Inneke, alunan musik malam pun semakin
menambah romantis suasana.
"Innn..." bisikku mesra kepada Inneke mengawali
percumbuanku.
Inneke yang sudah on berat itu langsung
menyambut kecupanku, nafasnya terengah-engah,
menandakan bahwa dia sangat menginginkan
kehangatan, kenikmatan dan mengisi kekosongan
ruang vaginanya yang terasa menggelitik dan
lembab. Dengan sedikit tergesa, aku melepas CD-
nya, lalu kurebahkan kepalanya di sandaran sisi sofa
dan keletakkan pinggulnya tepat diselangkanganku.
"Sreett..." penisku mulai bereaksi saat pantatnya
yang dingin menyentuh Lee Cooper-ku dan kulihat
Inneke terpejam, sementara tangannya
membetulkan rambutnya yang tergerai di sofa.
Aku mulai memainkan jari telunjukku di bibir luar
vaginanya yang sudah mulai melelehkan cairan
bening dari hulunya. Tidak ketinggalan, bibirku
menghisap dalam-dalam dan sesekali kujepit
putingnya dengan kedua bibirku lalu kutarik-tarik,
sesekali kupilin-pilin dengan kedua bibirku.
"Wuuuaahhh... ssshhh... terussshhh...
nikkkmatthhh..." desah Inneke keras-keras saat
kuperlakukan seperti itu.
Tubuhnya kejang panas dan seluruh aliran darahnya
kini memuncak. Sengaja aku tidak memasukkan
telunjukku, karena untuk menstimulasi lebih intens
lagi. Kami bercumbu dan sudah tidak ingat lagi apa
yang dilakukan Lisa di kamar mandi yang begitu
lama.
"Bentar Inn.., Aku pispot dulu yach..?" kataku sambil
melepaskan cumbuanku.
"Emmhhh..." desah Inneke sedikit kesal.
Akan tetapi, aku melihat Inneke melanjutkan
birahinya dengan dua jari. Aku sendiri berlari kecil
menuju ke kamar kecil dan sesampai di pintu, aku
kaget karena mendapati Tante Lisa lagi meregang
orgasmenya.
"Aaakkkhhh... ssshhh... ssshhh..." desah Tante Lisa,
matanya mendelik merem melek.
Tampaknya vibrator mutiara itu masih bekerja,
sehingga saat aku kencing, Lisa pun tidak melihatku.
"Boyyy..." sebuah panggilan lembut mengagetkan
aku saat hendak meninggalkan kamar mandi itu.
"I... iii.. yaaa... Tan..?" sahutku agak kaget.
"Sini dooonggg..! Hangatin vagina Lisa dengan penis
Kamu yang.., ookkhhh..." Tante Lisa terpekik saat
vibrator itu ia cabut dari liang vaginanya.
Aku hampiri Tante Lisa di Bath tub itu dan aku
baringkan tubuhku disana.
"Oh.., nikmat sekali mandi air hangat dikelonin tante
seksi ini." bisikku dalam hati.
Aku rengkuh lehernya dan kuberikan french kiss
yang begitu mesra dan Tante Lisa pun membalas
dengan ganas seluruh rongga mulutku, leher dan
kadang puting susuku di hisapnya. Penisku yang
terendam kehangatan air itu semakin maksimal saja.
Selama tiga menit kami bercumbu, Tante Lisa
nampaknya tidak dapat mengendalikan nafsunya.
"Mmmppphhh... oookkkhhh... setubuhi aku Boy..!
Cepeeetthh..!" pinta Tante lisa sambil menggeliat
seperti cacing kepanasan.
"Baik.. Lisss... Terima penisku yang panjaaanggg..."
bisikku sambil memasukkan seluruh batang penisku
pelan sekali.
"Oohhh... mmmppphhh... nikmatthh..." gumannya
saat batang kejantananku mili per mili mulai
menjejali rongga rahimnya.
"Kocokkhh.. yaacchhh... terussshhh... aaakhh...
nimat bangeettthh..!" serunya ketika aku mulai
mengosok-gosok pelan penisku.
Aku keluarkan kira-kira empat senti, lalu kukocok
lima atau enam kali dengan cepat dan kusodokkan
dalam-dalam pada kocokan ke tujuh. Rupanya
usahaku tidak sia-sia untuk menstimulasi G-spot-
nya.
"Aaakkkhhh... ooohhh... nimatthhnyaa... oookkkhhh
Godd..!" teriaknya mengawali detik-detik
orgasmenya.
Sepuluh detik kemudian, "Nnggghhh... aaakkkhhh...
sshhhfff... ookkkhhh... Boyy... kocokk... lebih intens
lagi Yannk..!" jerit Tante Lisa diiringi geliat liar tubuh
indahnya.
Payudaranya diremas-remasnya sendiri, sementara
aku tetap berpegangan pada sisi bathtub sambil
mengocok lembut vaginanya.
"Akkhh..." teriakku pelan saat Tante Lisa menggigit
pundakku karena aku masih saja mengocok penisku
di vaginanya.
Rupanya Lisa sudah mulai ngilu.
Aku memeras tegang otot lenganku dan Tante Lisa
sepertinya minta time out untuk mengatur nafas
dan menghilangkan kengiluan di liang sengamanya.
Aku meraih lehernya, lalu aku berdiri pada dua
lututku dan Tante Lisa diam mengikuti apa yang
akan kulakukan. Aku memondong Lisa dan tetap
menjaga penisku tertanam dalam-dalam di vagina
Tante Lisa yang mengapit kedua tungakainya ke
pinggangku. Kami menghampiri Inneke yang juga
lagi meregang orgasmenya dan Inneke tampaknya
lebih liar dari pada Lisa, mungkin karena pengaruh
XTC dan suasana yang penuh hawa birahi itu.
"Aaaoookkkhhh... ssshhh... aaakkkhhh...
aaakkkhhh..." jerit Inneke keras sambil menghujam-
hujamkan kedua jari kanannya.
Sementara tangan kirinya meremas dan memilin
payudaranya dan sesekali ditekan serta diputar. Aku
terkesima sejenak dengan pemandangan yang
diciptakan Inneke itu dan aku mebayangkan akan
lebih histeris lagi pasti jika yang keluar masuk itu
adalah 15 cm penis kebanggaanku.
"Booyy... ayyyoook terusinn..!" pinta Tante Lisa
diiringi goyangan lembut pinggulnya.
Ia tampaknya mulai bergairah kembali setelah
melihat Inneke yang begitu histeris dan aku pun
demikian ketika penisku hampir mengendor di
Vagina Lisa. Aku maju selangkah dan mendudukkan
Tante Lisa dari arah belakang sofa. Aku sendiri
mengambil posisi berdiri untuk memudahkan
eksplorasiku. Di lain pihak, Inneke yang sudah
mengakhiri masturbasinya itu mengetahui kehadirna
kami dan mengambil tempat di belakang Tante Lisa.
"Ookkhhh... Terusin Keee..!" pinta Tante Lisa saat
Inneke menyibakkan rambutnya dan mulai
mencumbui leher Tante Lisa.
Tidak ketinggalan, kedua telapak tangan Inneke
menggoyang, memutar puting dan kadang-kadang
dipilin lembut. Aku sepertinya merasakan apa yang
Tante Lisa rasakan, darahnya mulai hangat,
birahinya sudah memanas. Tubuh lisa bagaikan
daging burger di antara aku dan Inneke, pinggulnya
masih aktif menggoyang-goyang, kadang
menghentak-hentak lembut.
"Oooaaakkkhhh... nngghhh... ohhhh... nngghhh...
Kocok terushh... yaaa... iyaa... terusss..!" desah
Tante Lisa keras saat aku tepat menstimulasi G-Spot-
nya.
Nafasnya tersengal-sengal disela-sela lenguhan-
lenguhan panjangnya, tubuh Tante Lisa menggeliat-
geliat liar.
Inneke masih aktif membantu Tante Lisa menggapai
surgawinya, kecupan-kecupan di belakang tubuh,
leher, pinggang dan tiba-tiba Tante Lisa melenguh
panjang diiringi percepatan hentakan pinggulnya.
Aku semakin penasaran saja apakah yang dilakukan
Inneke hingga Tante Lisa tampak lebih histeris lagi
dari yang tadi. Kuraba raba punggung Lisa sambil
kukulum mesra bibirnya, tanganku mulai turun ke
arah pantatnya, kutekan kedua sisi bokongnya yang
padat itu dan kuulir-ulir. Berawal dari situlah aku
tahu rupanya telunjuk dan bibir Inneke memainkan
peran di lubang anus Tante Lisa, telunjuknya yang
berlumur vaselin itu keluar masuk lembut di vagina
Tante Lisa.
"Oookkhhghh... Goddhh... Ke... truuusss... Yanng...
oookkhhh, kontholll... akkhhh... sshhh..." ceracau
Tante Lisa tidak beraturan, menjemput ambang
orgasmenya.
Kedua lubang Tante Lisa terasa pejal dan hangat.
Aku malah semakin terangsang oleh imajinasiku
sendiri, aku lantas memeluk erat-erat Tante Lisa saat
ia mulai mengencangkan lingkaran tangannya di
tubuhku. Darahku juga mulai bergerak cepat
menuju ke ujung syaraf di kepalaku, kupingku tidak
lagi menghiraukan lenguhan dan desahan-desahan
Tante Lisa.
"Oookkkhhh... Lissshhh... nikmathhh... vaginamu...
Akkhhh..!" desahku saat birahiku kurasakan menjalar
di seluruh tubuhku.
"Booyyy... Akuuu... mmmhhh... mauuu..." seru
Tante Lisa menyambut orgasmenya.
Tubuhnya menegang, wajahnya merah merona,
menambah cantiknya Tante kesepian ini, sementara
bibirnya terkatup rapat.
"Sssebentar... Lissss... Kita keluar bareng..." bisikku
yang kuiringi tempo kocokanku secara maksimal,
yaitu kukeluarkan hampir sepanjang batangnya dan
kubenamkan dalam-dalam di rahimnya.
Rupanya darahku tidak bertahan lama di syaraf-
syarafku, hingga berdesir kencang meluncur melalui
seluruh nadiku dan bermuara pada sebuah daging
pejal di selangkanganku.
"Lisss... Aku nyammmppaaiii... uuaaakkkhhh...
aaakkhhh.., aakhhh..," desahku sambi memutar-
mutar penisku yang tertanam maksimal di vagina
Tante Lisa, sehingga rambut-rambutku yang disana
juga menggelitik klitoris Tante Lisa.
"Sseerrr... serrr..." kurasakan cairan Tante Lisa
mendahului orgasmeku, dan seditik kemudian, aku
dan Lisa meregang nikmat.
Kami menjerit-jerit sensasional dan tidak khawatir
orang lain mendengarnya. Tante Lisa histeris seperti
orang kesetanan ketika telunjuk Inneke juga
mempercepat kocokan di anusnya.
"Aaakkkhhhggh..." desah kami bersamaan
mengakhiri nikmat yang tiada tara tadi dan juga
baru kurasakan seumur hidupku.
Maniku meleleh di sela-sela pejalnya bnatang
kejantananku yang masih manancap dalam di rahim
Tante Lisa. Inneke tampaknya puas dengan hasil
kerjanya, lalu ia memeluk Tante Lisa erat dan
berbisik, "Enak khan Tannn..?"
Tante Lisa sendiri sudah lemas dan terkulai di atara
aku dan Inneke, aku mengecup mesra Tante Lisa
dan beralih kepada Inneke untuk memberikan
stimulan birahi dalam dirinya yang juga mulai
mendidih.
Kedua wanita itu memang hebat, yang tua histeris
dan mampu menguasai diri dan yang muda histeris
juga dan menuruti jiwa mudanya yang bergejolak.
Tante Lisa tampaknya tidak dapat menahan rasa di
tubuhnya, sehingga lunglai lemas tidak bertenaga.
Inneke lantas membimbingnya melepas gigitan
vaginanya dari penisku yang mulai mengendor ke
arah ujung sofa untuk beristirahat. Kulihat wajah
Tante Lisa amat puas bercampur dengan letih, akan
tetapi semua beban birahinya yang tertahan selama
dua minggu meledak lah sudah.
"Ooookkkhh... sssshh..." desis Tante Lisa saat
penisku kutarik pelan dari gigitan vaginanya.
Aku melangkahi sofa dan duduk di sandarannya,
lalu kubuka kedua pahaku. Tampaklah oleh Inneke
sebuah meriam yang berlumur sperma masih
setengah tegak.
"Oookkkhhh... gellliii... ssshhh... terusssss... Keee..!"
pintaku pada Inneke saat ia mulai mengulum
penisku dan hampir semuanya terkulum di
mulutnya yang sedikit lebar namun seksi.
"Oaaakhhh.... aaakkkhh... sshhhssshshh..." desisku
saat aku mulai merasakan lagi denyutan penisku di
mulutnya.
Inneke masih menghisap habis seluruh sperma
yang tersisa dan kocokkannya semakin cepat,
hingga kedua kakiku bergetar menahan ngilu
bercampur nikmat.
"Oookkkhhh... terusss... hisappphh Sayy..!" pintaku
sambil mendorong kepala Inneke untuk melakukan
lebih dalam lagi.
"Oooouakghh.. Plop..." tiba-tiba mulut Inneke
melepas kulumannya dan langsung berdiri menjilat
leher dan kedua telingaku bergantian.
"Aku ingin di whirpool Sayy..!" bisik Inneke.
Whirpool itu sendiri sudah dilengkapi semacam sofa
untuk berbaring, sehingga jika berbaring di situ,
maka mulai dada sampai kaki akan terendam air
hangat bercampur semburan air di sisi-sisi
kolamnya. Aku merebahkan Inneke disana dan
memulai percumbuan kami, tubuh kami terasa
hangat dan seperti di pijat-pijat, sehingga penisku
yang sempat layu mulai menegang kembali. Inneke
tampak menikmati sensasi ini dan aku tahu bahwa
Inneke akan menginginkan melodi yang berbeda
dengan Lisa.
"Masss... sshh... oookkkkhh... masukin Aku...
oookkhhh... mmmppphh..." pinta Inneke sambil
membuka pahanya lebar-lebar.
Sejenak aku memainkan kehangatan air, kuayun-
ayun tanganku di dalam air ke arah vagina Inneke
yang membuatnya segera menarik tubuhku untuk
menaikinya. Kami memang sudah diselimuti nafsu
sehingga rasanya pemanasan Inneke melihat
orgasme dari Tante Lisa sudah lebih dari cukup.
Tubuh kami hangat oleh air dan kehangatan dari
pasangan kami serta semburan-semburan air dari
sela-sela kolam membuat kami semakin terbuai jauh
ke awang-awang.
"Blesss..." 10 cm dari penisku mulai menjejali vagina
Ineke diiringi desahan, "Aaakkkkhhh...
mmmppph..." guman Inneke yang membuat Tante
Lisa tersadar dan menyusul kami di kolam.
Kuhentakkan pelan, sehingga seluruh penisku
mendesak dinding-dinding vaginanya yang terasa
lebih perat dan berdenyut. Lisa mengambil posisi
memangku kepala Inneke di paha kanannya dan
membelai lembut kening Inneke.
"Aaawww... oookkkhhh... gelli... Masssh..." teriak
Inneke saat aku memainkan otot lelakiku di leher
rahimnya.
"Masss... dikocok pelaannn... yacch..!" pintanya
sambil membelai rambutku, membuatku jadi
teringat saat-saat romantis dengan pacar-pacarku
dulu.
Aku mengangguk dan kuikuti apa yang Inneke mau,
lalu kukocok perlahan dengan cara sepuluh senti aku
kocok lima atau enam kali dan kubenamkan dalam-
dalam, lalu kuputar pada kocokan ke-7. Cara ini
efektif untuk menstimulasi G-Spot seorang wanita.
Kurang lebih lima menit kemudian, Inneke
mengangkat kepalanya dan mendaratkan ciuman
bertubi-tubi di mulut dan leherku bergantian.
Tubuhnya sedikit menegang dan lebih hangat
kurasa, lalu aku memberi isyarat Tante Lisa untuk
menyingkir ke arah bagian belakang kami.
"Ooookhhh... Massshh.. aaakuuu... hammmppirr..!"
bisik Inneke saat aku mulai menaikkan ritme
kocokanku.
"Tahan Ke..!" pintaku, lalu aku memberi isyarat
kepada Tante Lisa lagi.
"Akkkhhhgghhh... ssshhh... mmmpppphh..."
desahku dan Inneke bersamaan saat telunjuk Tante
Lisa mulai memasuki lubang pantatku dan anusnya
Inneke.
Rasanya hangat mengelitik, apalagi jika di kocokkan
di kedalaman anusku dan aku bisa membayangkan
sensasi yang dialami Inneke. Pasti akan terasa pejal
dan nikmat serta sensasional pada kedua lubangnya.
"Oookkkhhh... Taaan... aaaakk.. kuuu tak
kuuu..atthh..." teriak Inneke mulai mengawali detik-
detik orgasmenya.
Para netters yang budiman, sudah bisa diduga,
kami pun terbuai dengan alunan sensai jari Tante
Lisa dan hisapan vagina Inneke bersamaan.
Demikian pula Inneke. Panasnya penisku dan gelitik
telunjuk Tante Lisa membuatnya lupa daratan.
"Aaaggghhh... oookkkhhh... oookkkhhh...
aaakkkhhhg... mmmm.. ssshshhh.. awww...
ssshhh..." ceracauku dan Inneke tidak beraturan.
Dan kurang lebih sepuluh detik kemudian, aku dan
Inneke meregang birahi yang dikenal dengan nama
orgasmus secara bersamaan. Aku memancarkan
spermaku. Terasa lebih banyak dari pada dengan
Tante Lisa dan aku juga merasakan aliran mani
Inneke dari rahimnya. Aku menghempaskan
tubuhku ke samping Inneke dan Tante Lisa
mengambil tempat di sisi lainnya. Hangat tubuh
mereka dan kami becumbu seolah tiada hari esok.
Kami lanjutkan tidur mesra diapit dua tubuh sintal
nan hangat berselimutkan sutra lembut. Dan saat
salah satu dari kami terjaga, kami mengulanginya
lagi hingga spermaku betul-betul terasa kering.
Minggu siang, kami baru terbangun, lantas kami
mandi bersama dan kemudian sarapan pagi. Kami
meluncur ke Surabaya dan janji akan kencan lagi
entah dengan Tante Lisa ataupun Inneke atau
kadang mereka minta barengan lagi. Aku akhirnya
terlibat kisah asmara yang penuh birahi, namun aku
puas karena dapat melampiaskan nafsuku yang
meletup-letup itu. Beberapa kali aku ditawari dan
berkencan dengan teman Tante Lisa dan kadang ada
yang aku tolak, karena prinsipku bukan jual cinta
seperti gigolo, akan tetapi sebuah prinsip
petualangan.
Ok..! Bagi para netters yang mau kirim komentar
atau saran, aku akan membalasnya dengan senang
hati.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/1772
U-ON

inc Powered by Xtgem.com